Selasa, 23 Desember 2014

Kedudukan Hadis Tentang 73 Golongan




Kalau kita kumpulkan hadits-hadits tentang terpecahnya umat menjadi 73 golongan dan satu golongan yang masuk surga, lebih kurang ada lima belas hadits yang diriwayatkan oleh lebih dari sepuluh ahli hadits dari 14 (empat belas) shahabat Rasulullah SAW, yaitu ; Abu Hurairah, Mu'awiyah, Abdullah bin 'Amr bin Al-'Ash, Auf bin Malik, Abu Umamah, Ibnu Mas'ud, Jabir bin Abdillah, Sa'ad bin Abi Waqqash, Abu Darda', Watsilah bin Al-Asqa', Amr bin 'Auf Al-Muzani, Ali bin Abi Thalib, Abu Musa Al-Asy'ariy, dan Anas bin Malik.
Sebagian dari hadit-hadits tersebut ialah :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ افْتَرَقَتِ الْيَهُودُ عَلَى إِحْدَى أَوْ ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً وَتَفَرَّقَتِ النَّصَارَى عَلَى إِحْدَى أَوْ ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِي عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً *
Artinya :"Dari Abu Hurairah ia berkata : "Telah bersabda Rasulullah SAW. Kaum Yahudi telah terpecah menjadi 71 (tujuh puluh satu) golongan atau 72 (tujuh puluh dua) golongan dan Kaum Nashrani telah terpecah menjadi 71 (tujuh puluh satu) golongan atau 72 (tujuh puluh dua) golongan dan ummatku akan terpecah menjadi 73 (tujuh puluh tiga) golongan".

Rabu, 17 Desember 2014

Cabang-Cabang Iman



Cabang-cabang iman

            Nabi Saw Bersabda :
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « الإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الإِيمَانِ ».[1]
Dari Abi hurairah r.a. ia berkata. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Salam bersabda, "Iman itu tujuh puluh atau  enam puluh cabang. Cabang yang paling utama adalah ucapan, 'Laa ilaaha illallah' dan cabang yang paling rendah yaitu menyingkirkan kotoran dari jalan". (HR. Muslim)

Selasa, 02 Desember 2014

Hakikat Pendidik



Mahasiswa memahami tinjauan filosofis tentang Hakikat Pendidik


A.    Pengertian Pendidik
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, pendidik artinya orang yang mendidik.[1] Secara etimologi dalam bahasa Inggris ada beberapa kata yang berdekatan arti pendidik seperti kata teacher artinya pengajar dan tutor yang berarti guru pribadi, dipusat-pusat pelatihan disebut sebagai trainer atau instruktur. Demikian pula dalam bahasa Arab seperti kata al-mualim (guru), murabbi (mendidik), mudarris (pengajar) dan uztadz.  Secara terminology beberapa pakar pendidikan berpendapat, Menurut Ahmad Tafsir, bahwa pendidik dalam Islam adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik dengan upaya mengembangkan seluruh potensi peserta didik, baik potensi afektif (rasa), kognitif (cipta), maupun psikomotorik (karsa).[2] Sedangkan Abdul Mujib mengemukakan bahwa pendidik adalah bapak rohani (spiritual father) bagi peserta didik, yang memberikan  santapan jiwa dengan ilmu, pembinaan akhlak mulia, dan meluruskan prilakunya yang buruk.[3] Pendidik dapat pula berarti orang bertanggung jawab terhadap perkembangan dan kematangan aspek rohani dan jasmani anak.[4]  Secara umum dijelaskan pula oleh Maragustam Siregar, yakni orang yang memberikan ilmu pengetahuan, pengalaman, keterampilan dan lain-lain baik di lingkungan keluarga, masyarakat maupun di sekolah.[5]

Hakikat Pendidikan




Mahasiswa memahami tinjauan filosofis tentang pendidikan,






Pendidikan adalah suatu bentuk interaksi manusia.[1] Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagaman, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.[2] Dalam pendidikan menuntut terwujudnya manusia Indonesia yang berkualitas, cerdas, beriman, beriptek dan berakhlakul karimah sebagai tujuan dari pendidikan, maka perlu pengamatan dari segi aktualisasinya bahwa pendidikan merupakan proses interaksi antara pendidik dan peserta didik untuk mencapai tujuan dari sebuah proses pendidikan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata Pendidikan diartikan sebagai proses perubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka menjelaskan, bahwa kata Pendidikan berasal dari kata dasar didik, yang artinya memelihara dan memberi latihan (ajaran, tuntunan, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Sedangkan arti dari Pendidikan adalah Proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan; proses, cara, dan perbuatan mendidik[3]
Pendidik dan peserta didik adalah dua entitas yang tak dapat terpisahkan dalam menggerakkan dimensi pendidikan terutama pendidikan Islam. Kedunya mempunyai interaksi secara kontinyu yang dapat menghasilkan perumbahan intelektual, namun tidak dapat dipungkiri dalam praktek pendidikan terkadang mengalami degradasi dan dekadensi bagi kalangan pendidik dengan mengesampingkan aspek humanis yang seharusnya diberlakukan dalam dimensi-dimensi peserta didik. Hal ini penting menjadi sebuah otokritik yang  produktif dalam membangun tradisi pendidikan dengan mensejajarkan peserta didik tanpa adanya bentuk diskriminasi.
Pendidik, peserta didik dan tujuan utama pendidikan merupakan komponen utama dalam pendidikan, ketiga komponen tersebut merupakan komponen yang satu jika hilang salah satu dari komponen tersebut maka hilang pula hakikat pendidikan tersebut. Hakikat pendidik dan peserta didik inilah yang perlu menjadi bahan pengetahuan sebagai landasan untuk melakukan kegiatan transformasi ilmu pengetahuan kepada peserta didik yang merupakan sebagai obyek dalam penanaman nilai moral, sosial, intelektual, keterampilan dan spiritual. Pendidik merupakan pelaku utama dalam tujuan dan sasaran pendidikan yaitu membentuk manusia yang berkepribadian dan dewasa. Disamping sebagai tujuan pendidikan Islam secara umum diorientasikan untuk membentuk insan kamil, insan kaffah, dan mampu menjadi khalifah Allah swt.[4]
Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tatalaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara, perbuatan mendidik.  Hakikat pendidikan dalam Islam adalah kewajiban mutlak yang dibebankan kepada semua umat Islam,  bahkan kewajiban pendidikan atau mencari ilmu semenjak bayi dalam kandungan sampai keliang lahat. Seorang ibu yang hamil dianjurkan memperbanyak ibadah, membaca al Qur’an, dan berzikir kepada Allah, karena akhlak ibu yang baik pada masa-masa hamil sangat besar pengaruhnya kepada bayi dalam kandungan.
Pendidikan agama menjadi bagian utama dalam pendidikan Islam. Oleh karena itu, hakikat pendidikan Islam dapat diartikan secara praktis sebagai hakikat pengajaran al Qur’an dan As Sunnah. Sebagaimana dinyatakan dalam Firman-Nya, :
وَكَذَلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ رُوحًا مِنْ أَمْرِنَا مَا كُنْتَ تَدْرِي مَا الْكِتَابُ وَلَا الْإِيمَانُ وَلَكِنْ جَعَلْنَاهُ نُورًا نَهْدِي بِهِ مَنْ نَشَاءُ مِنْ عِبَادِنَا وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
Artinya : dan Demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran) dengan perintah kami. sebelumnya kamu tidaklah mengetahui Apakah Al kitab (Al Quran) dan tidak pula mengetahui Apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan Dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba kami. dan Sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus. (QS. Asy Syuraa : 52).



[1] Hasan Lagulung, Asas-Asas Pendidikan Islam, (Jakarta:PT. Al-Husna Zikra, 2000), hlm. 18.
[2] Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2003), hlm. 3.

[3] Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga , Jakarta, Balai Pustaka,  2003. hal. 263.
[4] M.Agus Nuryanto, “Isu-Isu Kritis dalam Pendidikan Islam (Perspektif Paedagogik Kritis)” dalam   HERMENEIA Jurnal Kajian Islam Interdisipliner, Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Volume 9, Nomor 2 Desember 2010, hlm. 213.

Manusia dalam Terminologi al-Qur'an



Al-Qur’an sebagai pedoman hidup bagi umat Islam secara jelas mengetengahkan konsep manusia, menurut Muin Salim pengungkapan manusia dalam al-Qur’an melalui dua pendekatan. Pertama, dengan menelusuri arti kata-kata yang digunakan al-Quran untuk menunjuk makna manusia (kajian terminologi). Kedua, menelusuri pernyataan al-Qur’an yang berhubungan dengan kedudukan manusia dan potensi yang dimilikinya.[1]

Minggu, 30 November 2014

Nilai-Nilai Pendidikan Islam



NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM
(Kajian Filisofi terhadap Al-Qur’an Surat Luqman ayat 12-19)


A.    Pendahuluan
Al-Qur’an sebagai Kalamullah yang paripurna, disamping mengandung seperangkat nilai-nilai transhistoris, yaitu al-Qur’an diturunkan dalam realitas sejarah sebagai respon kongkrit terhadap sejarah dalam peristiwa, kurun waktu, dan tempat tertentu, juga memiliki nilai-nilai traendental, yang karenanya ia bersifat abadi, nilai-nilainya tidak terikat oleh ruang dan waktu. Sehingga difahami dan diyakini sebagai sesuatu yang bersifat abadi. Dan kajian kisah dalam al-Qur’an merupakan manifestasi dari kedua nilai tersebut.

Ta'aruf atau Pacaran



Kan Sama-sama Tuk Penjajakan: Mau ta’aruf atau pacaran?
          Suatu ketika tiga orang mahasiswi datang ke Lab komputer di salah satu Perguruan Tinggi Islam tempat saya mengabdi, tak lama kemudian,  terjadilah  diskusi ringan dengan teman saya (laki-laki) tentang masalah Ta’aruf. (Ta’aruf berasal dari kata ‘arafa yaitu perkenalan secara syar’i antara seorang laki-laki dan perempuan untuk menuju kegerbang pernikahan). Salah –satu dari mahasiswi tersebut berkeyakinan, bahwa dalam Islam tidak ada istilah pacaran yang ada hanya ta’aruf. Pacaran dalam konsep Islam adalah haram,

Rabu, 26 November 2014

Pengertian dan Ruanglingkupnya



PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM


Mahasiswa memahami konsep umum Filsafat Pendidikan Islam


A.    Pengertian Filsafat Pendidikan Islam
Filsafat Pendidikan Islam mengandung 3 (tiga) komponen kata, yaitu filsafat, pendidikan dan Islam. Untuk memahami pengertian Filsafat Pendidikan Islam akan lebih baik jika dimulai dari memahami makna masing-masing komponen kata untuk selanjutnya dipahami secara menyeluruh dari keterpaduan ketiga kata tersebut.
Filsafat berasal dari kata benda Yunani Kuno philosophia yang secara harpiah bermakna “kecintaan akan kearifan”.makna kearifan melebihi pengetahuan, karena kearifan mengharuskan adanya pengetahuan dan dalam kearifan terdapat ketajaman dan kedalaman. Sedangkan John S. Brubacher berpendapat filsafat dari kata Yunani filos dan sofia yang berarti “cinta kebijaksanaan dan ilmu pengetahuan[1].

Hadis Maudhu'



HADIS MAUDHU


1.     Hadis Maudhu’

a.      Pengertian Hadis Maudhu’

الموضوع أ-لغة: اسم مفعول من الوضع، ضد الرفع، ووضع الشئ من يده، إذا ألقاه، ووضع الشئ وضعاً[1]

Apabila ditinjau secara bahasa, hadits maudhu` merupakan bentuk dari isim maf`ul dari wado`a-yado`u.kata wado`a  memiliki beberapa makana antara lain: menggugurkan, misalnya kalimat wado`al jinan yata anhu (hakim menggugurkan hukuman dari seseorang). Juga bermakna attarku (meninggalkan), misalnya ungkapan ibilun maudu`atun (unta yang ditinggalkan di tempat pengembalaannya). Selain itu juga bermakana al iftiroo`u wal ikhtilaaqu (mengada ada dan membuat buat), misalnya kaliamat wado`a fulaanun haadzihil qissota (fulan membuat buat dan mengada ada kisah itu).[2]

Klasifikasi Hadis Berdasarkan Kwalitas Rawi



A.     Hadis Shahih

الصَّحيح تعريفه: لغة: الصحيح ضد السقيم, اصطلاحاً:ما اتصل سنده بنقل العَدْل الضابط عن مثله إلى منتهاه من غير شذوذ ولا عِلَّة[1]
Shahih secara bahasa adalah lawan dari sakit. Sedangkan menurut Istilah adalah hadis yang sanadnya bersambung melalui penyampaian  rawi yang adil, sempurna ingatanya, dari perawi yang semisalnya sampai akhir jalur periwayatan tidak janggal dan juga tampa ’Ilat. Dari definisi tersebut, maka syarat hadis shahih adalah  : Sanadnya bersambung, Perawinya adil. Diriwayatkan perawi yang dhobit (kuat ingatan), Tidak janggal, dan tampa ‘illat.

Klasifikasi Hadis Berdasarkan Kwantitas Rawi




 



Pembagian hadis berdasarkan kwalitas rawi  terbagi dua, yaitu hadis mutawatir dan hadis ahad.  Hadis mutawatir terbagi lagi menjadi mutawatir lafdhi dan mutawatir maknawi. Sedangkan hadis ahad terbagi tiga, yaitu ahad masyhur, ‘aziz dan ahad gharib. Pengertianya adalah sebagai berikut :

A.     Hadis Mutawatir

المتواتر لغة: هو اسم فاعل مشتق من المتواتر أي التتابع، تقول تواتر المطر أي تتابع نزوله.اصطلاحا: ما رواه عدد كثير تٌحيل العادة تواطؤهم على الكذب.[1]
Kata Mutawatir adalah isim fa’il mustaq dari At-tawatur, artinya At tatabu (التتابع ) yaitu berturut-turut. Seperti engkau berkata : تواتر المطر   artinya تتابع نزوله hujan turun beriringan atau berturut-turut. Sedangkan menurt istilah mutawatir adalah hadis yang diriwayatkan oleh sejumlah besar rawi  yang menurut adat kebiasaan mustahil mereka untuk bersepakat dusta.