Minggu, 30 November 2014

Nilai-Nilai Pendidikan Islam



NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM
(Kajian Filisofi terhadap Al-Qur’an Surat Luqman ayat 12-19)


A.    Pendahuluan
Al-Qur’an sebagai Kalamullah yang paripurna, disamping mengandung seperangkat nilai-nilai transhistoris, yaitu al-Qur’an diturunkan dalam realitas sejarah sebagai respon kongkrit terhadap sejarah dalam peristiwa, kurun waktu, dan tempat tertentu, juga memiliki nilai-nilai traendental, yang karenanya ia bersifat abadi, nilai-nilainya tidak terikat oleh ruang dan waktu. Sehingga difahami dan diyakini sebagai sesuatu yang bersifat abadi. Dan kajian kisah dalam al-Qur’an merupakan manifestasi dari kedua nilai tersebut.

Ta'aruf atau Pacaran



Kan Sama-sama Tuk Penjajakan: Mau ta’aruf atau pacaran?
          Suatu ketika tiga orang mahasiswi datang ke Lab komputer di salah satu Perguruan Tinggi Islam tempat saya mengabdi, tak lama kemudian,  terjadilah  diskusi ringan dengan teman saya (laki-laki) tentang masalah Ta’aruf. (Ta’aruf berasal dari kata ‘arafa yaitu perkenalan secara syar’i antara seorang laki-laki dan perempuan untuk menuju kegerbang pernikahan). Salah –satu dari mahasiswi tersebut berkeyakinan, bahwa dalam Islam tidak ada istilah pacaran yang ada hanya ta’aruf. Pacaran dalam konsep Islam adalah haram,

Rabu, 26 November 2014

Pengertian dan Ruanglingkupnya



PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM


Mahasiswa memahami konsep umum Filsafat Pendidikan Islam


A.    Pengertian Filsafat Pendidikan Islam
Filsafat Pendidikan Islam mengandung 3 (tiga) komponen kata, yaitu filsafat, pendidikan dan Islam. Untuk memahami pengertian Filsafat Pendidikan Islam akan lebih baik jika dimulai dari memahami makna masing-masing komponen kata untuk selanjutnya dipahami secara menyeluruh dari keterpaduan ketiga kata tersebut.
Filsafat berasal dari kata benda Yunani Kuno philosophia yang secara harpiah bermakna “kecintaan akan kearifan”.makna kearifan melebihi pengetahuan, karena kearifan mengharuskan adanya pengetahuan dan dalam kearifan terdapat ketajaman dan kedalaman. Sedangkan John S. Brubacher berpendapat filsafat dari kata Yunani filos dan sofia yang berarti “cinta kebijaksanaan dan ilmu pengetahuan[1].

Hadis Maudhu'



HADIS MAUDHU


1.     Hadis Maudhu’

a.      Pengertian Hadis Maudhu’

الموضوع أ-لغة: اسم مفعول من الوضع، ضد الرفع، ووضع الشئ من يده، إذا ألقاه، ووضع الشئ وضعاً[1]

Apabila ditinjau secara bahasa, hadits maudhu` merupakan bentuk dari isim maf`ul dari wado`a-yado`u.kata wado`a  memiliki beberapa makana antara lain: menggugurkan, misalnya kalimat wado`al jinan yata anhu (hakim menggugurkan hukuman dari seseorang). Juga bermakna attarku (meninggalkan), misalnya ungkapan ibilun maudu`atun (unta yang ditinggalkan di tempat pengembalaannya). Selain itu juga bermakana al iftiroo`u wal ikhtilaaqu (mengada ada dan membuat buat), misalnya kaliamat wado`a fulaanun haadzihil qissota (fulan membuat buat dan mengada ada kisah itu).[2]

Klasifikasi Hadis Berdasarkan Kwalitas Rawi



A.     Hadis Shahih

الصَّحيح تعريفه: لغة: الصحيح ضد السقيم, اصطلاحاً:ما اتصل سنده بنقل العَدْل الضابط عن مثله إلى منتهاه من غير شذوذ ولا عِلَّة[1]
Shahih secara bahasa adalah lawan dari sakit. Sedangkan menurut Istilah adalah hadis yang sanadnya bersambung melalui penyampaian  rawi yang adil, sempurna ingatanya, dari perawi yang semisalnya sampai akhir jalur periwayatan tidak janggal dan juga tampa ’Ilat. Dari definisi tersebut, maka syarat hadis shahih adalah  : Sanadnya bersambung, Perawinya adil. Diriwayatkan perawi yang dhobit (kuat ingatan), Tidak janggal, dan tampa ‘illat.

Klasifikasi Hadis Berdasarkan Kwantitas Rawi




 



Pembagian hadis berdasarkan kwalitas rawi  terbagi dua, yaitu hadis mutawatir dan hadis ahad.  Hadis mutawatir terbagi lagi menjadi mutawatir lafdhi dan mutawatir maknawi. Sedangkan hadis ahad terbagi tiga, yaitu ahad masyhur, ‘aziz dan ahad gharib. Pengertianya adalah sebagai berikut :

A.     Hadis Mutawatir

المتواتر لغة: هو اسم فاعل مشتق من المتواتر أي التتابع، تقول تواتر المطر أي تتابع نزوله.اصطلاحا: ما رواه عدد كثير تٌحيل العادة تواطؤهم على الكذب.[1]
Kata Mutawatir adalah isim fa’il mustaq dari At-tawatur, artinya At tatabu (التتابع ) yaitu berturut-turut. Seperti engkau berkata : تواتر المطر   artinya تتابع نزوله hujan turun beriringan atau berturut-turut. Sedangkan menurt istilah mutawatir adalah hadis yang diriwayatkan oleh sejumlah besar rawi  yang menurut adat kebiasaan mustahil mereka untuk bersepakat dusta.

Ilmu Hadis Riwayah dan Dirayah



ILMU HADIS RIWAYAH DAN DIROYAH



Ilmu hadits merupakan ilmu yang berpautan dengan hadits dan mempunyai banyak ragam dan macamnya. Dalam pada itu, jika dilihat kepada garis besarnya, ilmu hadits terbagi menjadi dua macam saja, yaitu hadits riwayah dan ilmu hadits dirayah, dan ilmu-ilmu tersebut mempunyai sejarah penghimpunannya masing-masing.
Ilmu hadits riwayah maudhu’nya (objeknya) ialah pribadi Nabi, yakni perkataan, perbuatan, taqrir dan sifatnya. Karena hal inilah yang dibahaskan di dalamnya. Sedangkan maudhu’nya (objeknya) dari hadits dirayah ialah mengetahui segala yang berpautan dengan pribadi Nabi, agar kita dapat mengetahuinya dan memperoleh kemenangan dunia akhirat.

A.     Pengertian Ilmu Hadits Riwayah


 عِلْمٌ يُبْحَثُ فِيْهِ عَنْ كَيْفِيَّةِ اِتِّصَال اْلأَحَادِيْثِ بِالرَّسُوْلِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ حَيْثَ مَعْرِفَةِ اَحْوَالِ رَوَّاتِهَا وَظَبْطٍ وَعَدَالَةٍ وَمِنْ حَيْثُ كَيْفِيَةِ السَّنَدِ اِتِّصَالاً وَنِقِطَاعًا  و نحو ذ للك

Struktur Hadis



STRUKTUR HADIS


           
Dalam kajian ilmu hadis, sebuah teks dikatakan hadits apabila mempunyai struktur sebagaimana ditetapkan oleh ‘ulama – ‘ulama hadis. struktur hadits tersebut terdiri dari  sanad, matan, rawi, shigat isnad, dan mukharij hadits. tanpa struktur tersebut sebuah teks tidak bisa dikatakan lagi sebagai hadits
Yang meriwayatkan suatu hadis adakalanya menerima langsung hasil tanggapan panca indranya dari sumber aslinya, ada juga yang menerima hadis secara tidak langsung.  Jika tempat dan jarak antara seseorang dengan terjadinya peristiwa itu sangat jauh, atau penerima hadis dengan sumber asli yang mempunyai hadis tidak hidup dalam satu generasi, mustahil dapat memperoleh suatu hadis yang berkualitas, jika sumbernya “katanya” kalau bukan menggunakan media yang imformasinya valid.

Kedudukan Hadis



KEDUDUKAN HADIS DALAM HUKUM ISLAM


A.     Hadis Sebagai Sumber Hukum  Ke Dua

Ketika Nabi Muhammad Saw. Mengutus shahabat Mu’adz bin Jabal ke Negara Yaman. Beliau bertanya kepadanya,sebagaimana dalam sabdanya  :
عن معاذ بن جبل : أن النبي صلى الله عليه و سلم لما بعثه الى اليمن [ قال - له ] : كيف تقضي ان عرض لك قضاء ؟ قال : أقضي بكتاب الله قال : فان لم يكن في كتاب الله ؟ قال : فبسنة رسول الله صلى الله عليه و سلم ؟ قال : فان لم يكن في سنة رسول الله صلى الله عليه و سلم ؟ قال : اجتهد رأيي ولا آلو قال : فضرب رسول الله صلى الله عليه و سلم صدره وقال : الحمد لله الذي وفق رسول الله صلى الله عليه و سلم لما يرضي رسول الله صلى الله عليه و سلم[1]
“Dari Mu’adz bin jabal, bahwasanya Nabi Muhammad Saw. Mengutus Mua;adz bin Jabal ke Yaman. Nabi bertanya kepadanya : Bagaimana engkau memutuskan hokum jika engkau disuruh untuk menghukuminya? Jawab Mu’adz. aku akan memutuskanya dengan kitabullah. Nabi Bertanya : Jika tidak terdapat hukumnya dalam kitabullah? Mu’adz menjawab, dengan sunnah Rasulullah Saw. Nabi bertanya : jika hadispun tidak ada. Kata Mu’adz aku akan berijtihad dengan kekuatan akal-ku.

Al Qur'an, Hadis Qudsi dan Hadis Nabawi



AL QUR’AN HADIS QUDSI DAN HADIS NABAWI

A.     Pengertian Al-Quran


Pengertian Etimologi [bahasa].Secara bahasa Al-Quran berasal dari bahasa Arab , yaitu qaraa-yaqrau-quraanan yang berarti bacaan. Hal itu dijelaskan sendiri oleh Al-Quran dalam Surah Al-Qiyamah ayat 17-18
إِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهُ وَقُرْآنَهُ ﴿١٧﴾ فَإِذَا قَرَأْنَاهُ فَاتَّبِعْ قُرْآنَهُ ﴿١٨﴾

“ Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu. [QS. Al-Qiyamaah 17-18]
Pengertian Al-Quran Terminologi [istilah][1].
a.       Menurut Manna’ Al-Qhattan :

Pengertian Hadis dan Bentuk Sandarannya



PEMGERTIAN HADIS DAN BENTUK SANDARANYA


A.     Pengertian ‘Ulumul Hadis

Ulumul Hadis adalah istilah Ilmu Hadis di dalam tradisi Ulama` Hadis. terdiri atas dua kata, yaitu `Ulum dan al Hadits. Kata `Ulum (علوم ) adalah bentuk jamak dari `Ilm, (علم ), Artinya “ilmu-ilmu”; menurut  Ibnu Hajar[1], Ulumul hadis adalah :

عِلْمٌ يُبْحَثُ فِيْهِ عَنْ كَيْفِيَةِ اتَّصاَلِ الأَحَادِيْثِ بِالرَّسُوْلِ ص.م. مِن ْ حَيْثُ مَعْرِفَةِ اُحْوَالِ رَوَّاتِهاَ ضَبْطَا وَعَدًالةً وَمِنْ حَيْثُ كَيْفِيَةِ السَّندِ اتَّصاَلاً وَانْقِطاَعاً.
“Ilmu pengetahuan yang membicarakan tentang cara-cara persambungan hadis sampai kepada Rasul SAW. Dari segi hal ihwal para perawinya, kedabitan, keadilan, dan dari bersambung tidaknya sanad, dan sebagainya.

Studi Pendidikan Karakter



PENDAHULUAN

Pendidikan karakter selalu menjadi isu menarik dan aktual dibicarakan kalangan praktisi pendidikan. Hal ini karena dunia pendidikan selama ini dianggap terpasung oleh kepentingan-kepentingan yang absurd, hanya mementingkan kecerdasan intelektual, akal, dan penalaran, tanpa dibarengi dengan intensifnya pengembangan kecerdasan hati, perasaan, dan emosi. Output  pendidikan memang menghasilkan orang-orang cerdas, tetapi kehilangan sikap jujur dan rendah hati. Mereka terampil, tetapi kurang menghargai sikap tenggang  rasa dan toleransi. Imbasnya, apresiasi terhadap keunggulan nilai humanistik, keluhuran budi, dan hati nurani menjadi dangkal.[1]

Selasa, 25 November 2014

Hakikat Evaluasi Pendidikan



HAKIKAT EVALUASI PENDIDIKAN
(Kajian Filsafat Pendidikan Islam)
Abstrak
Tulisan ini menjelaskan hakikat evaluasi dalam filafat pendidikan Islam. Hakikat adalah realitas, yaitu kenyataan yang sebenarnya, bukan keadaan sementara atau keadaan yang menipu, dan bukan keadaan yang berubah-rubah. Peningkatan kualitas pembelajaran membutuhkan adanya peningkatan kualitas program pembelajaran secara berkelanjutan dan berkesinambungan. Untuk meningkatkan kualitas program pembelajaran membutuhkan informasi tentang implementasi program pembelajaran sebelumnya. Hal ini dapat diperoleh dengan dilakukannya evaluasi terhadap program pembelajaran secara periodik.
Kata Kunci : Hakikat, Evaluasi, dan Pendidikan Islam.

Fitrah Manusia dan Pendidikan Islam



Fitrah Manusia dan Pendidikan Islam
(Perspektif Filsafat Pendidikan Islam)
Oleh : Agus Burhan

Abstrak  
Tulisan ini menjelaskan tentang fithrah manusia. Apakah fithrah manusia itu baik atau jahat? Disebut fithrahnya itu baik, faktanya banyak manusia yang jahat, dan sebaliknya dibilang fithrahnya jahat, tidak sedikit manusia yang baik. Pendidikan dalam Islam sebagai lahan untuk menyemai bibit unggul fithrah agar manusia tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang sesuai dengan fithrahnya.
Kata kunci : Fithrah manusia, pendidikan Islam

Bahagia dan Derita itu Pilihan ?



Band Wali dalam salah satu bait sya’ir lagunya mengingatkan kita, bahwa do’a untuk selamat dunia akhirat, bahagia dunia akhirat adalah “Rabbana atina Fi al dunnya hasanah wafil akhirati hasanah wa qinaa ‘adza bannar...”tentu bukan hanya sekedar berdo’a saja, tapi dengan niat yang lurus serta ikhtiar yang terus menerus.
Kita juga sering mendengar dari ceramah Pak Ustadz di mushalla atau di masjid, yaitu salah satu tujuan hidup kita adalah meraih bahagia dunia dan akhirat. Menurut Kang Jalal. Bahagia dan Derita adalah sebuah pilihan. Karena pilihan, maka kita wajib memilih kebahagian dan haram memilih penderitaan.
Kehidupan macam apa yang di “masak” dengan resep agama? Kehidupan yang bahagia ?  Bukankah semua ajaran agama dimaksudkan untuk membawa manusia kepada kehidupan yang bahagia dan menghilangkan penderitaan umat manusia?